Minggu, 24 April 2016

MEDIA MASSA



     Komunikasi massa adalah proses dimana organisasi media membuat dan mebyebarkan pesan kepada khalayak banyak (publik). Definisi komunikasi menurut para sumber :
a.       Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai digunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. (wikipedia)
b.      Raden Mas Djokomono, Pers adalah yang membentuk pendapat umum melalui tulisan dalam surat kabar.
c.       Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia (UU No. 40. Tahun 1999).
Dalam komunikasi massa, media massa menjadi otoritas tunggal yang menyeleksi, memproduksi pesan dan menyampaikannya pada khalayak. Organisasi-organisasi media ini akan menyebarluaskan pesan-pesan yang akan memengaruhi dan mencerminkan kebudayaan suatu masyarakat, lalu informasi ini akan mereka hadirkan serentak pada khalayak luas yang beragam. Hal ini membuat media menjadi bagian dari salah satu institusi yang kuat di masyarakat. James Carey (Universitas Illinois) mengatakan : “Innis mengatakan bahwa berbagai media komunikasi yang ada telah memengaruhi bentuk-bentuk organisasi sosial”. Itu berarti media juga memengaruhi jenis-jenis asosiasi manusia yang berkembang pada berbagai periode. Karena pola-pola asosiasi ini tidak bebas dari pengetahuan manusia, bahkan pembentukan asosiasi itu menuntut kesadaran / kesengajaan.

Fungsi media massa berdasarkan ketentuan pasal 33 UU 40 tahun 1999 :
·         Media Informasi
Pers itu memberi dan menyediakan informasi tentang peristiwa yang terjadi kepada masyarakat, dan masyarakat membeli surat kabar karena memerlukan informasi.
·         Fungsi Pendidikan
Pers itu sebagi sarana pendidikan massa (mass Education), pers memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga masyarakat bertambah pengetahuan dan wawasannya.
·         Fungsi Hiburan
Pers juga memuat hal-hal yang bersifat hiburan untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel-artikel yang berbobot. Berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, dan karikatur.
·         Fungsi Kontrol Sosial
Fungsi ini terkandung makna demokratis yang didalamnya terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
1.     Social participation (keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan)
2.     Social responsibility (pertanggungjawaban pemerintah terhadap rakyat)
3.     Social support (dukungan rakyat terhadap pemerintah)
4.     Social control (kontrol masyarakat terhadap tindakan-tindakan pemerintah)

Fungsi media massa bagi individu menurut (Becker, 1985) :
  • Pengawasan atau pencarian informasi
  •  Pengembangan diri
  •  Fasilitasi dalam hubungan nasional / afeksi
  •  Sarana pelarian dari ketegangan dan keterasingan
  • Bagian dari kehidupan ritual rutin (ritualisasi)


Karakteristik media massa antara lain :

1.     Publisitas. Disebarluaskan kepada publik, khalayak, atau orang banyak.
2.     Universalitas. Pesannya bersifat umum, tentang segala aspek kehidupan dan semua peristiwa di berbagai tempat, juga menyangkut kepentingan umum karena sasaran dan pendengarnya orang banyak (masyarakat umum).
3.     Periodisitas. Tetap atau berkala, misalnya harian atau mingguan, atau siaran sekian jam per hari.
4.     Kontinuitas. Berkesinambungan atau terus-menerus sesuai dengan priode mengudara atau jadwal terbit.
5.     Aktualitas. Berisi hal-hal baru, seperti informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips baru, dan sebagainya. Aktualitas juga berarti kecepatan penyampaian informasi kepada publik.
Pengaruh positif media massa :
1.     Masyarakat dengan sangat mudah mencari berita atau informasi yang mereka inginkan tanpa ada batasan-batasan. Sehingga mereka akan tetap mengetahui perkembangan dunia meskipun mereka tidak keliling dunia.
2.     Sebagai sarana edukasi bagi pelajar, mahasiswa maupun masyarakat yang belum memperoleh pendidikan. Masyarakat dapat mencari pendidikan yang akan dilakukan dan materi tambahan sebagai referensi agar tidak salah persepsi dalam mengartikan sesuatu serta dengan adanya media massa seseorang yang tadinya tidak bisa membaca mereka bisa belajar membaca dengan menonoton video pembelajaran cara membaca.
3.     Masyarakat menjadi lebih mudah untuk berkomunikasi / berinteraksi antar masyarakat tanpa hambatan jarak. Sehingga akan memudahkan masyarakat untuk berbagi atau saling memberikan informasi. Contohnya melalui jejaring sosial facebook, seseorang dapat saling berkomunikasi baik bertatap muka, suara ataupun tulisan.
4.     Masyarakat mengikuti informasi apa yang ada dalam media massa tersebut “persuasif”. Masyarakat dengan melihat iklan tentang keselamatan jalan mereka menjadi sadar untuk tidak melanggar peraturan lalu lintas.
Pengaruh negatif media massa :
1.     Terjadinya perselisihan antar masyarakat karena penyebaran informasi terlalu bebas, setiap masyarakat akan mengartikannya secara bebas pula sehingga akan menyebabkan perbedaan pendapat.
2.      Masyarakat melakukan sesuatu tindakan yang salah. Informasi yang disampaikan di media massa tidak selalu benar adanya namun karena informasi tersebut terlihat menarik masyarakat menelan mentah informasi tersebut dan mengikuti apa yang ada dalam informasi tersebut meskipun apa yang ada didalamnya itu salah.
3.     Masyarakat menjadi kecanduan dalam suatu kegiatan yang merugikan untuk dirinya sendiri. Misalnya facebook, masyarakat akan lebih mementingkan facebook daripada mengurusi dirinya sendiri seperti makan dan mandi. Oleh sebab itu masyarakat tidak memikirkan kesehatan dan kebersihan dirinya sendiri sehingga akan mudah terjangkit penyakit.
4.     Karena informasi yang disampaikan dalam media massa itu terlalu bebas, masyarakat menyalah artikan suatu informasi yang disampaikan seharusnya dilarang namun malah mereka laksanakan. Contohnya : berita tentang bencana alam di jepang, dengan adanya berita di televisi yang terjadi di satu negara akan menyebar ke berbagai negara karena melihat berita tersebut.

Adapun jenis-jenis media massa, antara lain :
1.     Media cetak adalah media massa pertama kali muncul di dunia pada tahun 1920 an. Di kala itu pada awalnya media massa digunakan pemerintah untuk mendoktrin masayarakat, sehingga membawa masyrakat pembaca kepada suatu tujuan tertentu. Seperti teori jarum suntik pada teori komunikasi massa. Namun sekarang sudah sangat kebebasan pers, seperti timabal balik dari audiens. Contoh-contoh media cetak seperti; surat kabar, majalah dan tabloid.

Gambar 1.1 KORAN
2.     Media eletronik, setelah media cetak munculah media elektronik pertama yaitu radio. Yaitu sebagai media audio yang menyampaikan pesan lewat suara. Kecepetatan dan ketepatan waktu dalam penyampain pesan radio tentu lebih cepat dengan menggunakan siaran langsung. Pada waktu penyebaran informasi Proklamasi Kemerdekaan media massa radio berperan utama dalam penyebaran berita. Setelah itu muncul Televisi yang lebih canggih bisa menayangkan gambar. Yaitu sebagai media massa audio visual.
Gambar 1.2 TELEVISI
Gambar 1.3 RADIO
4.     Media massa Internet. Baru populer di abad 21, google lahir pada tahun 1997. Media internet bisa melebihi kemampuan media cetak dan elektronik. Apa yang ada pada kedua media tersebut bisa masuk dalam jaringan internet melalui website. Banyak kelebihan media maassa internet dibanding media yang lain. Namun akses internet yang masih terbilang bebas bisa berbahaya bagi pengguna yang belum mengerti. Misalnya penipuan, pornografi dsb. Media internet tidak harus dikelola sebuah perusahaan layaknya media cetak dan elektronik,  melainkan bisa juga dilakukan oleh individu.
Gambar 1.4 Internet

Sejarah Media Massa

Sejarah media massa secara global
     Awal mula perkembangan teknologi komunikasi dimulai dari perkembangan teknologi percetakan, kemudian radio, dan menyusul televisi. Konsep dasar percetakan secara mekanis telah dikembangkan di cina da korea pada tahun 600 SM. Sebelum perkembangan konsep dasar percetakan, sekitar 45 abad yang lalu, di Mesir, dokumen penting di tumbuk, dan dipres oleh pita-pita daun papirus basah, yang diletakkan ditumpuk, bersilang sampai membentuk lembaran tipis dan padat, kemudian dijemur hingga kering. Temuan itu dilakukan untuk memudahkan penyimpanan dan pembawaan dokumen dalam jumlah banyak. 3000 tahun berikutnya, sebagian besar abjad dan piktografi Mesir diganti dengan simbol fonetik dan abjad modern, tulisan dalam peradaban barat. Pada abad ke-8 dan ke-9, orang Arab mulai belajar mencetak dokumen dan menemukan pembuatan kertas dari kain. Bangsa Arab segera menyadari keuntungan percetakan kertas kain dan mulai menghasilkan buku religius. Karena islam mendorong penyebaran ilmu pengetahuan dan ajaran Rasulullah SAW, mencetak dengan kertas segera menyebar luas di kalangan bangsa Arab. Orang Eropa sudah mengetahui adanya teknologi percetakan dokumen ini sejak lama, namun mereka tidak berminat mengabaikannya hingga abad-15 yaitu masa renaissance. Sejarawan media, Anthony Smith mengatakan, “Cetak-mencetak di Eropa berkembang langsung dari permintaan naskah-naskah yang tidak dapat dipenuhi oleh tulisan tangan. Pada tahun 1500, sudah terdapat lebih 1.100 percetakan di 200 kota Eropa yang telah menghasilkan sekitar 12 juta buku dalam 3.500 edisi”. Pada Abad-17 ditemukan surat kabar the London Gazette yang terbit tahun 1707. Surat kabar tadinya hanya berfungsi sebagai catatan harian perdagangan bagi kelas saudagar. Isinya hanya pengumuman kedatangan dan keberangkatan kapal, catatan cargo, harga-harga barang, dan berita seputar negara asing. Hingga pada tahun 1833, seorang bernama benyamin Day mulai menerbitkan surat kabar di New York bernama The New York Sun, yang dijual di jalan-jalan dengan harga satu sen.
Media Massa masuk Ke Indonesia
Media Cetak
        Sebenarnya tanpa disadari oleh manusia termasuk Masyarakat Indonesia, bahwa komunikasi sudah terjadi sejak dia lahir. Meskipun bayi belum bisa berbicara, namun dia juga melakukan komunikasi. Yaitu dengan cara menangis jika lapar.
Di Indonesia perkembangan ilmu komunikasi diawali oleh perkembangan surat kabar, kemudian radio, dan televisi. Sebelum era Orde Baru, Hill (1995), menyatakan bahwa media massa Indonesia merupakan forum untuk mengekspresikan aspirasi nasionalisme dan agitasi politik. Surat kabar yang terbit pertama kali di Indonesia adalah Bataviasche Nouvelles en Politique Rasionemenentes.  Sebagian dari organ pemerintahan Belanda, surat kabar yang terbit pada tahun 1745 ini, lebih banyak menampilkan iklan untuk kepentingan komersial. Pada tahun 1855, terbit surat kabar berbahasa nonbelanda (jawa) di solo, yang bernama Bromartani. Pada tanggal 17 Agustus 1903, Tirtoadisuryo menerbitkan Sunda Berita. Dan 4 tahun kemudian, ia menerbitkan Medan Prijanji. Kedua surat kabar tersebut menggambarkan situasi politik di Indonesia dan memberikan interpretasi terhadap situasi tersebut dari sudut pandang nasionalisme. Sampai dengan terjadinya Sumpah Peumuda pada tahun 1928 hingga masa akhir kekuasaan kolonial Belanda, di Indonesia terdapat 33 surat kabar dengan tiras, 47 ribu eksemplar, yang terdiri dari : 13 surat kabar berbahasa Indonesia, 12 bahasa Cina, 8 yang menggunakan bahasa Indonesia atau Melayu.

Radio
           Selain surat kabar, radio juga merupakan media yang tergolong tua usianya di Indonesia. Radio siaran yang pertama kali mengudara di Indonesia adalah BRV (Bataviasche Radio Vereniging) pada 16 Juni 1925, milik swasta yang beroprasi di Jakarta. Pada awal tahun 1960, siaran radio memasuki masa penting dengan dikembangkannya teknologi siaran menggunakan frekuensui FM. Teknologi FM, sebenarnya telah ditemukan pada tahun 1930, namun ketika itu hanya sedikit saja pesawat radio bisa menerima siaran FM. Walaupun daya jangkau lebih rendah, namun dibandingkan AM siaran FM menghasilkan suara yang lebih jernih dan efek suara stereo.
Secara defacto Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia tumbuh sebagai perkembangan profesionalisme “ radio amatir” yang dimonotori kaum muda di awal Orde Baru tahun 1996. Sedangkan secara yuridis keberadaan Radio Siaran Swasta diakui, dengan persyaratan, penyelenggaraannyaber-Badan Hukum dan dapat menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Ri nomor 55 Tahun 1970 tentang Radio Siaran Non  Pemerintah, yang mengatur fungsi, hak, kewajiban, dan tanggung jawab radio siaran, syarat-syarat penyelenggaraan, perizinan serta pengawasannya.

Film
         Film adalah sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan, cerita, peristiwa, music, drama dan sajian teknisi lainnya kepada masyarakat umum. Kehadirannya film adalah sebagai penemuan untuk waktu luang di luar jam kerja atau sebagai kebutuhan diwaktu senggang.
Dalam sejarah perkembangan film ada 3 tema besar dan satu atau 2 tonggak sejarah penting. Tema pertama adalah pemanfaatan film sebagai alat propaganda, tema yang kedua adalah munculnya beberapa aliran seni film (Huaro,1963) dan lahirnya aliran film dokumentasi social. Kedua tema ini mempunyai kaitan dengan tema propaganda.
Salah satu tonggak sejarah yang disebut tadi ialah lahirnya televise. Tonggak sejarah kedua yang ditulis dengan baik oleh Tunstall (1977) adalah besarnya pengaruh “Amerikanisasi” terhadap industri dan budaya film pada tahun-tahun sesuai perang Dunia I. dapat dibuktikan dengan jelas bahwa televise mengambil alih banyak penonton film, terutama penonton yang sudah berkeluarga. Sehingga para penonton film semakin sedikit dan yang menonton kebanyakan berusia muda. Salah satu konsekuensi terakhir dengan adanya tonggak peralihan tersebut adalah menurunnya kebutuhan akan penyajian yang sehat dan terhormat. Dengan kata lain film lebih bebas memenuhi kebutuhan akan sajian yang berbau kekerasan, mengerikan dan pornografi. Terlepas dari kenyataan menurunya jumlah penonton film, film justru mampu mencapai kekhususan tertentu (Jowett And Linton 1980) yakni sebagai sarana pemeranbagi media lain dengan sebagai sumber budaya yang berkaitan erat dengan buku, film kartun, bintang televise dan film seri serta lagu. Dengan demikian film berperan sebagai pembentuk budaya massa. Bukan semata-mata mengharapkan media lainnya sebagai peran film pada massa kejayaannya yang lalu.

Sejarah Internet Di Indonesia
       Di Indonesia jaringan internet mulai dikembangkan pada tahun 1983 di Universitas Indonesia, yaitu UINET oleh Dr. Joseph F.P. Luhuley, seorang doktor Filosofi Ilmu Komputer dari Amerika Serikat. Jaringan tersebut dibangun dalam waktu 4 tahun. Selain itu pula ia membangun Uninet (University Network) di lingkungan Departemen dan Kebudayaan. Uninet merupakan jaringan komputer dengan jangkauan yang lebih luas, yaitu meliputi kampus UI, ITB, IPB, UGM, ITS, UNHAS, dan Ditjen Dikti.
Hingga pertengahan tahun 1990-an jangkauan internet di Indonesia semakin meluas, merambah hingga ke pihak-pihak yang bahkan tidak memiliki komputer atau sambungan telepon di rumahnya. Akses internet terhadap publik yang semakin luas ini tentu jauh dari pengawasan dibandingkan telepon dan faks untuk umum. Tak ada data yang mampu menyebutkan tentang siapa pengguna internet. Dari segi teknis terdapat kesulitan untuk menyensor arus pesan di internet. Hal ini pula yang nantinya menjadi sebuah problem penting pada masa rezim Soeharto.
Pada awal perkembangannya, internet dimulai dari kegiatan-kegiatan yang bersifat non-komersial, seperti kegiatan-kegiatan berbasis hobi, dan dalam perkembangan selanjutnya kebanyakan diprakarsai oleh kelompok akademis atau mahasiswa dan ilmuwan yang sebagian pernah terlibat dengan kegiatan berbasis hobi tersebut melalui upaya membangun infrastruktur telekomunikasi internet. Peranan pemerintah Indonesia dalam perkembangan jaringan internet di Indonesia memang tidak banyak, namun juga tidak dapat dikesampingkan, karena mereka juga turut berperan dalam berkembangnya sebuah sistem informasi di dalam internet yang kemampuan aksesnya tinggi atau sering disebut dengan Information Superhighway.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar